Sabtu, 11 April 2009

Ekonomi Indonesia di kuasai asing

(RP) - Sendi-sendi perekonomian di Indonesia dinilai telah banyak yang
berpindah ke negara lain (asing). Akibatnya, sumbangan sektor industri
terhadap PDB (product domestic bruto) cenderung stagnan bahkan menurun.
Disisi lain, utang negera terus bertambah.

“Indonesia terus mengalami de-industrialisasi, ini adalah salah satu
bukti kemunduran,” ujar Direktur International Center for Applied
Finance and Economics (Intercafe), Iman Sugema kemarin. Hal itu bisa
ditunjukkan dari mampunya menumbuhkan sektor industri sehingga mampu
menopang PDB nasional. Jika pada tahun 2004 kontribusinya sebesar 28
persen, tahun 2008 malah berada dibawah angka itu.

Akibatnya, indeks kesengsaraan rakyat atau yang biasa dikenal dengan
sebutan misery index, saat ini justru meningkat tajam. Jika pada
Desember tahun 2004 hanya 16,3 persen, maka pada bulan yang sama tahun
lalu sudah melonjak sampai 19,6 persen. Data itu memperlihatkan bahwa
pertumbuhan ekonomi yang diributkan pemerintah hanya dinikmati
sekelompok kecil penduduk negeri ini. “Buktinya, tingkat kesengsaraan
rakyat makin tinggi,” cetusnya.

Ditambah lagi, dengan beragam kelangkaan bahan bakar dan kebutuhan
pokok yang selama ini sering terjadi. Selain itu jurang kesenjangan
antara si kaya dan si miskin juga semakin meningkat. Jadi, walau
Indonesia diakui sebagai penghasil konglomerat kelas kakap, misalnya
lewat indikator majalah Forbes yang tiap tahun selalu menempatkan orang
kaya baru dari Indonesia tetapi masyarakat bawahnya tetap miskin.
“Itulah kesenjangan,” tukasnya.

Sementara itu, di saat pemerintah, melenakan rakyat dengan berteriak
bahwa utang sudah lunas, diam-diam bebannya terus bertambah. Saat ini,
dari data resmi pemerintah, terbukti bahwa beban utang per kepala
penduduk Indonesia telah mencapai 11,8 juta dolar AS. Ini akan menjadi
beban bagi anak cucu kita. ”Ini angka tertinggi sepanjang sejarah. Ini
memperlihatkan bahwa pemerintahan belum bisa menghilangkan
ketergantungan terhadap utang,” lanjutnya.

Menurut dia, Indonesia juga telah kehilangan satu fundamental ekonomi
terpentingnya, yaitu stabilitas. Ciri-ciri tidak adanya stabilitas itu,
tingginya tingkat inflasi seperti pada tahun 2005 yang sebesar 18,3
persen, merupakan tertinggi sepanjang sejarah. Selanjutnya, nilai tukar
rupiah yang buruk, cadangan devisa menukik tajam, dan kolaps-nya bursa
hingga 60 persen. “Akar kegagalan ekonomi bangsa ini, karena pemerintah
memfasilitasi para pemodal asing untuk menguliti Indonesia,” ketusnya..

Ekonom Universitas Gadjah Mada, Revrisond Baswir menyatakan, Indonesia
sama sekali sudah tidak berdaulat dalam mengatur perekonomian nasional.
Semua sektor vital sudah dikuasai asing secara merajalela. Sektor
energi, perbankan, air, dan telekomunikasi mayoritas telah dikuasai
oleh asing.(owi/ekk)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar